Minggu, 29 Agustus 2010

Tate Qomarudin Lc : "Terus Ibadah, Lailatul Qadr Takkan Kemana"

Kesempatan sepuluh hari terakhir di bulan ramadhan menjadi kesempatan terbaik terbaik bagi umat islam. Pasalnya, Allah menjanjikan malam lailatul qadr yang ganjarannya lebih baik dari seribu bulan. Terkait dengan hal itu, reporter cybermq, Fiqi Fauzi, berhasil mewawancarai beliau disela-sela kesibukannya berdakwah dan aktif sebagai anggota DPRD Propinsi Jawa Barat. Berikut kutipan wawancaranya :

Bagaimana menjemput lailatul qadr yang dicontohkan Rasulullah SAW ?

Beliau menjelaskan ada malam yang disebut lailatul qadr apabila kita beribadah pada malam tersebut. Ibadah kita bernilai 1000 bulan seperti yang disebutkan dalam Al-quran. Namun, Rasul sendiri mencontohkan ibadah bukan hanya pada lailatul qadar itu sendiri tapi pada 10 hari terakhir, bahkan 1 bulan penuh. Bahkan di luar ramadhan.

Permasalahan kita memang ada persepsi yang terbentuk ramadhan adalah bulan ibadah, bulan taat. Jadi, jika di luar bulan ramadhan berarti bulan apa ? seharusnya kita beribadah di bulan ramadhan maipun di luar ramadhan. Terkait lailatul qadr, ketika para sahabat mendiskusikan tepatnya tanggal berapa, kata Rasulullah carilah di sepuluh hari terakhir. Sampai sekarang dari hadits yang ada mengarahkan mencari di sepuluh hari terakhir terutama malam ganjil, karena Rasulullah ingin mengarahkan kaum muslimin beribadah secara luas, tidak hanya untuk tujuan lailatul qadr saja.

Asbabun Nuzul turunnya ayat tentang lailatul qadar ?

Pada intinya sebab turunnya ayat ini bemula ketika para sahabat berdiskusi membahas kapan turunnya malam lailatul qadar. Saat Rasulullah hadir akan menyampaikan kapan terjadinya, para sahabat ribut memperdebatkan kepastian jatuhnya lailatul qadr. Tiba-tiba Rasul lupa akan menyampaikan apa, sampai dilupakan oleh Allah. Hikmah dari kejadian itu mengajak kepada kita mencari lailatul qadr di sepuluh hari terakhir, terutama malam-malam ganjil.

Hikmah tidak diberi tahu waktu lailatul qadr ?

Hikmahnya, supaya kaum muslimin terus beribadah selama bulan ramadhan. Efeknya jika setiap malam ibadahnya baik, maka otomatis bulan berikutnya akan terbiasa. Jika waktu lailatul qadr diberi tahu, maka orang yang malas beribadah hanya mengejar waktu yang telah ditentukan.

Masyarakat kita mengejar malam ganjil, efektifkah ?

Ya, memang ada hadits Rasulullah secara eksplisit menyatakan turunnya lailatul qadr pada sepuluh hari terakhir. Namun, Rasulullah mengarahkan ibadah itu tidak hanya terkait lailatul qadar. Kita beribadah terkait dengan mensykurii nikmat hidup yang telah diberikan oleh Allah. Bagaimana jadinya jika Allah mentaqdirkan meninggal sebelum masuk malam-malam ganjil atau sebelum masuk ramadhan. Jadi, mengamalkan islam tidak hanya pada sisi lailatul qadar, masih banyak ibadah lain yang tidak terkait dengan lailatul qadr. Ibadah dalam Islam tidak hanya ritual yang sifatnya langsung kepada Allah, namun ada ibadah-ibadah lain yang pengaruhnya terkait sesama manusia tanpa harus menunggu lailatul qadr.

Amalan supaya bisa mendapat lailatul qadr ?

Sebetulnya tidak ada amalan spesifik, seperti amalan lailatul qadr. Cukuplah dengan amalan biasa seperti dzikir, doa, tilawah quran, shalat malam, serta taubat diperbanyak. Semuanya itu merupakan amalan-amalan yang akan mendekatkan diri kepada Allah. Jadi, tidak ada amalan lailatul qadr yang khusus.

Dalam hadits dijelaskan ciri-ciri malam lailatul qadr ?

Yang saya fahami ciri-ciri itu juga bukan mutlak, karena pada dasarnya semangat dari hadits itu bukan untuk diam menunggu datangnya lailatul qadr. Namun, kita harus semangat beribadah kapan pun khususnya bulan ramadhan. Umat jangan dijebak mencari ciri-ciri lailatul qadar. Tidak jadi persoalan apakah kita mengetahui atau tidak tanda-tandanya. Asal kita beribadah, pasti karena Al-Qurannya sudah jelas jika kita beribadah pada malam tersebut ternyata besoknya hujan besar yang ciri-ciri itu tidak terlihat, tetap lailatul qadr tidak akan kemana-mana. Jadi jangan terjebak kepada ciri-ciri fisik datangnya malam yang lebih baik dari seribu bulan ini.

Membawa amalan ramadhan ke bulan berikutnya ?

Ramadhan bukan musim taat, karena musim taat sepanjang hayat. Shaum adalah salah satu komponen pembentuk takwa dan bukan segala-galanya. Dalam Al-Quran orang yang mendapat gelar la'allakum tattaquun bukan orang yang shaum saja. Surat Al-Baqarah ayat 20 menjelaskan ibadah keseluruhan yang mengantarkan takwa, salah satunya adalah shaum. Buktinya seperti shalat, pada intinya sama tujuannya untuk membentuk ciri-ciri takwa. Shalat itu mencegah pelakunya terhindar perbuatan keji dan munkar. Orang yang meninggalkan keji itu orang bertakwa. Demikian pula dengan haji, demikian pula dengan zakat, serta ibadah-ibadah lain. Jadi, shaum di bulan ramadhan salah satu komponen pembentuk ketakwaan. Dengan mengandalkan shaum di bulan ramadhan dan mengabaikan bulan lainnya tidak mungkin tercapai ketakwaan. Itu yang perlu diperhatikan oleh umat Islam. (red/fzyqn)


Sumber :

Tate Qomarudin Lc, dilahirkan di Tasikmalaya, 24 anuari 1965. Bapak enam anak mempunyai beberapa aktifitas dari seorang da'i, pengasuh acara di salah satu radio, hingga menjadi kolomnis pada sebuah majalah. Selain itu, aktifitas ustadz lulusan Fakultas Syariah Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Bahasa Arab (LIPIA) Jakart kerap mengisi beberapa majelis ta'lim.

http://www.cybermq.com/pustaka/detail/sosok-ulama/582/tate-qomarudin-lc--terus--ibadah-lailatul-qadr-tak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar